Kesuksesan dalam pandangan manusia adalah keberhasilan dari sebuah upaya
yang telah di tempuh…atau hasil yang sesuai dengan harapan yang di dapatkan
dengan upaya dan pengorbanan. Dalam konteks kesuksesan atau keberhasilan
seseorang, di manapun dan sebagai apapun juga, setidaknya ia harus memiliki
beberapa persyaratan umum, yang pertama, ia harus mengetahui siapa dirinya,
posisi atau kedudukannya…yang kedua.. ia harus mengetahui sebagai apa dirinya
dan tugas yang di amanahkan pada dirinya..
Jika di umpamakan dalam sebuah ilustrasi..Seorang karyawan yang baik, harus
mengetahui dimanakah posisi dirinya dalam sebuah perusahaan, dan tugas atau
amanah yang harus ia jalani sesuai dengan posisi tersebut. Demikian pula.. jika
ia seorang pelajar, kepala keluarga, ibu rumah tangga, pengusaha, sampai
pemimpin negara.. Masing masing harus mengetahi siapa dirinya, sebagai apa, dan
tugas yang di amanahkan pada dirinya.. Setidaknya, melalui dua persyaratan itu…
Insya Allah kesuksesan dapat di capai.. Demikian pula dalam konteks kehidupan
manusia di dunia ini, dua hal pokok yang sering dilupakan yang merupakan kunci
kesuksesan hakiki adalah,Siapakah dirinya….?,dan apa tugasnya…?
Tentang kedudukan manusia di dunia ini dinyatakan dalam ayat “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (51 :
56)
Jika kita artikan ‘illa liya buduun’ adalah dengan untuk beribadah…tentunya
hal ini tidak selaras dengan kenyataan yang kita lihat. Karena sebagaimana yang
kita ketahui, tidak semua manusia melakukan ibadah kepada Allah. Tetapi, ada
juga pendapat ulama mengenai arti ayat ini, mereka memahaminya dengan makna
tindakan penghambaan… atau apa-apa yang dilakukan oleh hamba Allah, baik itu
perbuatan baik atau sebaliknya. Karena pada intinya, semua makhluk adalah
hamba-Nya (baik ia berbuat kebaikan atu sebaliknya), sedangkan Allah
sebagaimana dinyatakan dalam Al Fatihah dan surat An-Nas, adalah sebagai
penguasa dan raja manusia. Jika kita gunakan pendapat yang kedua, maka hal ini
akan selaras dengan kenyataan yang kita lihat dalam kehidupan manusia di dunia
ini. Ada diantara manusia yang memang beribadah kepada Allah, dan ada juga yang
tidak.
Melalui ayat ini, Allah secara tidak langsung memberi tahu kepada kita
tentang kedudukan jin dan manusia.Keduanya diciptakan, dan di tempatkan sebagai
hamba. Jika demikian, … Pernahkan kita bertanya… ? Apa tugas kita dalam
menduduki jabatan hamba Allah…? Allah menjawab pertanyaan ini melalui
ayat “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus”. (98 : 5). Dalam ayat ini, tindakan penghambaan yang Allah inginkan
atau perintah terhadap semua hamba-hamba-Nya adalah Untuk senantiasa ikhlas
terhadap ad- dien.
Kata ikhlas, adalah kata yang seringkali kita dengar, dalam bahasa arab,
kata ikhlas bermakna murni, sedangkan kata ad-dien, yang seringkali diartikan
dengan agama, lebih tepat kita maknai dengan cara kita menjalani hidup. Ikhlas
terhadap ad-dien bermakna, memurnikan dienul islam yang harus senantiasa kita
gunakan dalam menjalankan kehidupan ini. Karena Islam telah Allah turunkan
menjadi petunjuk yang sempurna untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Ikhlas terhadap ad-dien kemudian di tegaskan melalui kata hunafa, yang
bermakna, tidak menambah dan tidak mengurangi ajaran islam yang telah sempurna.
Kesempurnaan islam disabdakan oleh Rasulullah SAW "Telah aku tinggalkan
untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang
teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." ( HR : Malik no :
1395)
Selain itu, yang menarik dan perlu kita cermati dalam ayat ini 98 : 5
adalah…penggunaan kata hamba. Kata hamba yang Allah gunakan dalam banyak sekali
ayat dalam Al Quran, mengisyaratkan kepahaman masyarakat arab tentang kedudukan
seorang hamba dan tuannya. Pada waktu itu, dalam masyarakat arab jahiliyyah,
apabila seorang hamba di miliki oleh tuannya, maka seluruh hidupnya adalah
milik tuannya. Seorang hamba yang baik, hanya akan melakukan sesuatu
sebagaimana perintah tuannya. Penggunaan kata hamba, bertujuan agar memudahkan
manusia dalam memahami hubungan manusia dengan Allah Rabb semesta Alam,
penguasa dan pemilik langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.
Sehingga manusia bisa memahami, dimana kedudukanya, dan apakah
tugas yang di amanahkan Allah kepadanya.
Inilah sedikit uraian tentang ikhlas…. yang merupakan kunci pertama dan
terakhir untuk membuka kesuksesan yang hakiki. Sejauh kita mengetahui, memahami
dan melaksanakan dienul islam dengan lurus, maka sejauh itu pula keikhlasan
kita kepada Allah, dan sejauh itu pula peluang diri kita untuk mencapai
kesuksesan yang hakiki.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biasakan Comment Yah ... You'll Never Walk Alone