Hari Valentine atau hari yang
disebut sebagai hari kasih sayang sebentar lagi akan tiba, tepatnya pada 14
Februari mendatang. Seperti biasanya setiap tahun ketika hari Valentine tiba,
maka hari yang juga biasa diperingati oleh sebagian besar kaum muda-mudi ini
akan menjadi bahan kontroversi karena sebagian para ulama menggap hari
Valentine adalah sebagai hari yang haram. Hari Valentine untuk tahun ini juga sepertinya
akan menjadi kontroversi seperti tahun-tahun sebelumnya. Boleh jadi
tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh
banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari
itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.
Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana
menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa kasih sayang.
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup
barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan
hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine,
semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai
ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan
remaja muslim sekali pun. Banyak
kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day).
Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang.
Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta.
Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih
sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan
lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya
ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.
Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang
dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap
tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah
rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari
pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno
Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus
menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek
hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari
gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit
binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan
membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika
agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para
tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa
Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau
Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I
(The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan
lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi
Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book
Encyclopedia 1998).
Kaitan Hari Kasih
Sayang dengan Valentine
The
Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama
Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai
yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa
“St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St.
Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah
tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu
menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya. Versi kedua menceritakan
bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat
dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para
pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan
banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269
M (The World Book Encyclopedia, 1998). Versi lainnya menceritakan bahwa sore
hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan
karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil
yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”.
(Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
1.
Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan
Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
2.
Upacara
Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama
Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine
menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14
Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
3.
Hari
valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap
sebagai pejuang dan pembela cinta.
Pada
perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan
dihiasi nama “hari kasih sayang”. Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat
ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas.
Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari
valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya
kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut
setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim
bahkan bermula dari ritual paganisme. Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar
berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.
Namun,
pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai
ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal
15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian
upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama,
dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap
pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi
pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.
Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan
srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan
wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka
menjadi lebih subur.
Ketika
agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para
tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa
Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau
Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I
(The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan
lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi
Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book
Encyclopedia 1998).
Valentine Berasal
dari Budaya Syirik.
Ken
Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan,
“Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa,
Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus,
tuhan orang Romawi”. Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to
be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan
ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik,
menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid ” itu adalah putra
Nimrod “the hunter” dewa matahari. Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan
sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam
mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan
dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan
aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut
dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini. Walhasil,
semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan
simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka,, naudzu
billahi min zalik.
Semangat valentine
adalah Semangat Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat.
Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi
sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari
agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai
dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga
penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat
cinta kasih. Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa
melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng
tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan
rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa. Bahkan tidak sedikit para orang
tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu
biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan
bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal
kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang
tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar
cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna
make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami
distorsi parah. Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak
lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks? Di dalam syair
lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini,
ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina
memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana
merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang. Bahkan para orang tua pun
tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan
teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah
SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan
sekedar mendekatinya pun diharamkan. Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.
PANDANGAN ISLAM
Sebagai
seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi
begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ? Mari kita renungkan
firman Allah s.w.t.: “ Dan janglah kamu
megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
Dalam
Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca
indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat
isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar.
Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana,
dan di mana, akan tetapi lebih dari itu. Oleh kerana itu Islam amat melarang
kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain
atau dalam Islam disebut Taqlid. Hadis
Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama)
maka dia termasuk kaum (agama) itu”. Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran
(keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. Selanjutnya kita akan melihat berbagai
kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan Pertama: Merayakan
Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru
orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga
dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang
disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’
Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql,
terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ
يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani
tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini
menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum
dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’,
1/185). Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak
meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum,
maka dia termasuk bagian dari mereka.”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan
bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di
muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi
ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan
Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat
orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual
atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam
merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa
menjadi renungan bagi kita semua. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا
مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan
perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon
[25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir
mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan
perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena
pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di
antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur”
adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar
Robi’ bin Anas. Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak
menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut
adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut
adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’,
1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena
jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang
Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya,
maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini. Dari Anas bin Malik, beliau
mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai
Rasulullah?” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ
وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk
menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah.
Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama
dengan orang yang engkau cintai.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari,
Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ
النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ
أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ
أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira
sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه
وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى
إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama
dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal
seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan
diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan
pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah
sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang
engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan
bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas
kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat
bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda,
wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat
Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin
yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini
ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai
sumber). Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi
“To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta
orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang
besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan
kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari
valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual
paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan
selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan
berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal
ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu
Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang
khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat
hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’
(kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari
raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang
berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan
semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari
kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan
selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan
selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini
lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci
oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum
minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat
lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang
Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini
mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia
para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari
simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan
bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan,
bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan
mengatasnamakan semangat cinta kasih. Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa
melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng
tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di
kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan
rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi
melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ
فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32). Dalam
Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada
perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja
tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan
Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam
coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang
dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa
dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa
disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu
berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal
lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa
bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia,
hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman
Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan.” (QS. Al
Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah
menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an
Al ‘Azhim)
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari
valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan
pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari
tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma
agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh
pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami
peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang
mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat
merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya
orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan
menerima kebenaran.”
HAL-HAL YANG HARUS DIBERI
PERHATIAN:-
Dalam masalah Valentine itu perlu difahami
secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat
lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini
beberapa hal yang harus difahami di dalam masalah 'Valentine Day'.
1. PRINSIP / DASAR
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
2. SUMBER ASASI
Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Firman Allah swt dalam Surah
Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
sebenarnya)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
3. TUJUAN
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
4. OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27). Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27). Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Hukum
Merayakan Valentine Dalam Islam
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah
melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, artinya, ” Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum
tersebut ” (HR. At-Tirmidzi) . Ibnu Qayyim
al-Jauziyah berkata, ” Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual
orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut
HARAM “. Mengapa ? karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan
mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata’ala. Bahkan perbuatan tersebut
lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata’ala dan lebih dimurkai dari
pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Syaikh Muhammad
al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan, ” Merayakan Hari Valentine itu tidak boleh ”,
karena alasan berikut :
Pertama : Ia
merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at
Islam.
Kedua : Ia dapat
menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat
bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah
meridhai mereka-.
Contoh kasus : ada
seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja
hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya
kepada orang-orang yang memperingatinya. Saudaraku!! Ini adalah suatu
kelalaian, mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele,
tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai
Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan
wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi
porak-poranda. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan
agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan.
Semoga Allah subhanahu wata’ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah
(ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita
semua dengan bimbingan-Nya. Di dalam ayat lainnya, artinya, ” Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman
kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Mujadilah: 22).
Jadi, kesimpulan
dari hukum Perayaan Valentine adalah sebagai berikut :
Seorang muslim
dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di luar Islam, apalagi jika
yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan, pemikiran dan adat
kebiasaan mereka. Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah
lebih besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti
meminum minuman keras dan sebagainya. Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan
Hari Raya orang-orang di luar Islam.
Valentine’s Day adalah Hari
Raya di luar Islam untuk memperingati pendeta St. Valentin yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang
melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh ummat Islam
memperingati hari Valentine’s tersebut. Oleh karena itu, kami ingatkan agar
kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh
mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan
acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara
tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan.
Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima
kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan
(akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan
setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi,
Islamlah yang paling toleransi di dunia.
Sudah
berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar
jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu
dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula
dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam
lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir
setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain. Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan
yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan
sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang
bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.