16 Januari 2012

Cerpenku "CINTA TERAKHIR KEISHA"

Bel pulang sekolah berbunyi , Radit dan Keisha membereskan buku-buku dan memasukkan buku ke dalam tas, kemudian bergegas untuk pulang ke rumah. Keduanya sekolah di SMA Putra Karisma, Bandung. Radit dan Keisha sudah bersahabat dari kecil. Mereka selalu bersama saat suka maupun duka. “Keisha tunggu sebentar ya, aku mau ke ruang guru dulu karena ada tugas yang harus aku kumpulkan”, kata Radit. “Iya, aku tunggu di gerbang sekolah ya”. Setelah beberapa saat Radit dating, mereka pulang bersama dengan jalan kaki. Rumah mereka cukup jauh dari sekolah butuh waktu 30 menit untuk sampai di rumah. Di tengah jalan, Radit dan Keisha dijegat oleh 3 orang preman. Ketiga preman itu menodong Radit untuk mengambil uang saku Radit. “Hey, ada anak sekolah nih”, kata salah satu dari preman tersebut. “Mau apa kalian?”, Tanya Keisha. “Serahkan uang kalian”,jawab preman.”Nggak, gak mau”,ucap Radit. “Oh, berani ngelawan kalian?”, ucap preman. “Tenang Keisha, aku akan menjaga kamu. Lebih baik kamu jangan disini biar aku yang melawan preman ini”, ucap Radit. “Baik”, kata Keisha. Ketiga preman itu menghajar Radit. Radit kalah dan dia babak belur kemudian pingsan. Keisha dating menghampiri lalu berkata “Radit, kamu kenapa? Ya ampun Radit, kamu bangun dong. Ayo Radit bangun”. Keisha panic dan segera meminta bantuan. Ada beberapa orang yang sedang lewat, Keishapun memanggilnya “Pak, Pak, tolong bantu saya. Teman saya pingsan”. Bapak tersebut menggotong Radit dan membawanya ke rumah. Sesampainya di rumah, “Ya ampun Radit, kenapa ini?” Tanya mama Radit. Keishapun menjelaskan apa yang terjadi. “Ya ampun, dasar preman-preman itu harus diberi pelajaran” kata mama Radit. “Gak usah tante, biar nanti dia yang kena batunya”, ucap Keisha. Sesaat kemudian, Radit sadar “Aku ada di mana ini?”, kata Radit. “Kamu ada di rumah nak”, kata mama Radit. “Keisha kemana?”. “Itu di samping kamu”, kata mama Radit. “Baguslah, kamu udah sadar, aku khawatir sekali sama kamu Dit, kamu tidak apa kan?”. “Nggak, aku ga papa”. “Ya udah kalo gitu aku pulang dulu ya. Permisi tante, cepet sembuh ya Dit”, ucap Keisha.

Esoknya.. Hari libur.
Pagi-pagi pukul 07.00, Radit datang ke rumah Keisha untuk mengajak main basket. Rumah Radit dan Keisha memang berdekatan. Radit dan Keisha mempunyai satu tempat yang sangat istimewa bagi mereka berdua, namanya Rumah Pohon, yang terletak di hutan dekat danau dan tidak begitu jauh dari jalan raya. Tempatnya begitu teduh dan sejuk. Radit dan Keisha sering bermain disana. “Ayo Dit, kamu bias ngalahin aku maen basket gak?”, kata Keisha. “Siapa takut”, ucap Radit. Permainanpun selesai, Keisha yang memenangkannya. “Ye, aku menang”. “huhuhuhuhuhuhuk aku capek banget, istirahat yuk”. Kemudian aya naik ke atas rumah pohon, tapi Radit tidak mau ikut karena Radit tidak bisa memanjat. Di atas rumah pohon, Keisha mengukir tulisan di batang pohon yang bertulisan “Radit love Keisha”. Keisha berani menulis karena Keisha piker Radit tidak akan membacanya, sebab Radit tidak bisa naik ke atas rumah pohon. Malam pun tiba, “Keisha, kita pulang yuk” kata Radit. “Ayo, tapi oh iya kan ada PR. Ya ampun aku lupa”, ucap Keisha. “Oh iya, kita ngerjainnya bareng yuk.”, ucap Radit. “Boleh, tapi dimana?” Tanya Keisha. “Di rumah kamu aja” ucap Radit. “Ya udah”. Mereka berdua berjalan dan terus berjalan menekuni rimbunnya pohon dan gelapnya langit pada malam hari. Sesampainya di rumah Keisha, “Ayo cepat ambil bukunya, terus kita langsung kerjain”, ucap Radit. Mereka mengerjakan PR. “Key, aku ga ngerti nih sama nomor 15. Maksudnya gimana sih?” Tanya Radit. Keishapun menjelaskannya.” Sudah pukul 9 malam nih, aku pulang dulu ya. Besok aku nyamper kamu.” Kata Radit. “Mmmm ya udah tapi jangan telat loh”. Kata Keisha “Sip deh”.
Esok harinya, di sekolah..
“Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru namanya Luna. Silahkan Luna perkenalkan diri kamu”, kata Bu guru. “Hai semuanya, nama aku Luna. Aku pindahan dari Sekolah Darma Bangsa. Aku pindah karena ikut papaku yang sedang bertugas di sini.” “Sudah luna?” Tanya bu guru. “Sudah bu” jawab luna. “Baik kalau begitu, silahkan kamu duduk di bangku yang kosong itu”. Luna duduk di depan bangku Radit dan Keisha. “Hai kenalin aku Radit dan ini sahabat aku Keisha” Kata Radit. Bel istirahat tiba, Radit mengajak Luna untuk istirahat bersama. Tapi Keisha tidak diajak. Keisha kesal dan merenung di kelas. “Sepertinya Radit mulai menyukai Luna” pikir Keisha. Bel pulang pun berbunyi, lagi-lagi Radit bersama Luna, sampai pulang pun Keisha ditinggal, Keisha kesal dan marah-marah sendiri. Cepat-cepat Keisha melangkahkan kakinya untuk sampai ke rumah. Sesampainya di rumah tanpa berbicara apa-apa, Keisha masuk ke kamar dan menutup pintu. “Key, kamu kenapa nak?” Tanya mama Keisha. “Gak mah, aku ga papa” jawab Keisha. Mata Keisha berlinangan air mata, lalu Keisha menulis di buku diarynya yang isinya…

“Senin, 28 September 2011, Dear Diary…
Radit, kenapa kamu berubah? Semenjak kehadiran Luna, kamu menjadi cuek sama aku. Aku mau kamu yang dulu. Asal kamu tau Dit, aku suka sama kamu tapi aku rasa lebih baik aku memendam rasa ini”.

Keisha mengungkapkan perasaannya ke buku hariannya. 3 bulan kemudian, cinta Keisha terhadap Radit semakin dalam. Pada malam hari, Radit meminta Keisha dan Luna untuk bertemu di pinggir danau dekat rumah pohon. Sebelum kesana Radit nyamper Keisha untuk berangkat bareng. Di tengah perjalanan, Radit berkata “Key, sebenernya aku mengajak kamu untuk meminta bantuan kamu”. “Bantuan apa Dit?” “Sebenarnya aku suka sama Luna dan sekarang aku mau nyatain cinta aku ke Luna”. Glek… muka Keisha pucat pasi saat mendengar  ucapannya Radit. “Dan aku mau minta bantuan kamu, bagaimana caranya nembak cewek yang romantis banget? Rasanya Keisha ingin menangis tersedu-sedu, tapi Keisha menahan karena Keisha tidak mau menangis di depan Radit. “Key, kok kamu diam?” “Oh, nggak kok”.”Kamu kenapa?” “ Oh nggak, aku ngga papa” “Jadi gimana nih?” Tanya Radit. Dengan suara yang tersendat-sendat, Keisha menyampaikan pendapatnya. Di dalam hati Keisha berkata “Keisha harus kuat. Keisha gak boleh menangis demi kebahagiaan Radit”. Sesampainya di danau, Radit langsung menyatakan cintanya ke Luna. Keisha yang tidak kuat melihatnya pun pergi dan langsung pulang ke rumah. Setelah beberapa lama atas kejadian itu, Keisha sering menyendiri. Sampai di sekolahpun Keisha terlihat lesu dan tidak bersemangat. “Hai Keisha, kamu kenapa kok sedih gitu? Terus Radit mana? Biasanya kamu selalu bersama Radit.” Tanya teman-teman di sekolah. Tapi Keisha hanya membalasnya dengan senyuman. Setiap hari apa yang ada di pikiran Keisha selalu dituangkan ke dalam diarynya.Hari berganti hari, hati Keisha semakin teriris melihat kedekatan Radit dan Luna yang begitu romantis.

Esoknya… di sekolah…
Pelajaran ke 3 hari ini ialah olahraga. Keisha, Radit, Luna dan yang lainnya bersiap-siap dan pergi ke lapangan. Pada saat pemanasan, Keisha mengeluh pusing. “Aduh kepala aku pusing nih” kata Keisha. Tiba-tiba Aya jatuh pingsan dengan hidungnya yang berdarah atau mimisan. Semua anak panik terutama Radit. “Keisha, kamu kenapa? Bangun dong Key” ucap Radit. Pak guru menyuruh anak-anak untuk menggotong Keisha dan membawanya ke UKS. Beberapa saat kemudian, “Aku dimana ini?” Tanya Keisha. “Baguslah kamu udah sadar Key. Sekarang kamu ada di UKS” jawab Radit. “Emangnya aku kenapa?” “Tadi kamu pingsan dan mimisan” “Ya ampun, tapi aku harus mengikuti pelajaran olahraga. Kalau tidak, aku bisa ketinggalan pelajaran” “Udahlah Key, kamu disini aja. BIar aku yang temenin kamu sampai kamu pulih” “Makasih ya Dit. Oh iya, Luna mana?” Tanya Keisha” “Itu Luna lagi olahraga” Jawab Radit. “Owh”

Besoknya…
Selagi pelajaran Matematika, Keisha pingsan lagi dan mimisan. Selalu seperti itu, setiap hari pingsan dan terus mimisan.
“Key, kamu kenapa sih koq akhir-akhir ini sering pingsan dan mimisan?” Tanya Radit disambung dengan Luna. “Aku gak tau deh” “Ya udah kalo gitu besok kamu ke dokter aja” pikir Luna. “Iya makasih ya Lun” “Sama-sama”
Esoknya…
Keisha pergi ke dokter da memeriksakan kesehatannya. Dokter lalu bertanya, “Sudah berapa kali kamu pingsan?”
“Sering sih dok”
“Sudah berapa kali kamu mimisan?”
“Mmmm.. sering juga dok. Dok, sebenernya saya ini sakit apa sih dok?”
“Seharusnya saya memberitahu hal ini kepada orang tua kamu, karena saya takut kamu tidak kuat mendengar ini semua”
“Gak papa dok, sama saya aja. Mudah-mudahan saya kuat ko. Memangnya saya sakit apa?”
“Kamu menderita kanker darah atau Leukimia stadium lanjut. Kemungkinan sembuh hanya 10%, sebenarnya saat ini kamu kritis.”
Keisha kaget mendengar pernyataan dokter. Keisha semakin terpuruk, tapi Keisha berjanji, tidak akan memberitahukan ini semua kepada siapapun, karena Keisha takut orang-orang yang menyayangi Keisha menjadi sedih melihat Keisha. Keisha harus tetap tegar menjalani ini semua, janji Keisha di dalam hatinya.

Lalu Keisha menulis diarynya yang isinya, “Aku benar-benar kaget dan terpuruk saat dokter bilang aku menderita leukemia stadium lanjut. Apalagi saat ini aku kritis, makin hari aku merasakan sakit yang amat dahsyat. Rasanya aku capek, aku ingin istirahat saja. Untuk Radit, aku bangga punya sahabat seperti kamu, dan untuk mama papa, terima kasih atas kebaikan kalian ke aku, maafkan aku karena aku hanya bisa membalas jasa kalian dengan ucapan terima kasih. Salam Keisha”

Hari demi hari berganti, makin lama makin kritis, dengan berjalannya waktu, orang tua Keisha tau akan penyakit Keisha. Saat itu Keisha pingsan dan dibawa ke Rumah Sakit Medika Permata .
“Aku benar-benar gak kuat lagi” Keisha berkata di dalam hatinya. Di saat Keisha sedang koma, Radit tidak ada di samping, karena saat itu Radit sedang jalan bersama Luna. Setelah beberapa saat, Keisha membuka matanya. “Akhirnya kamu sadar juga” ucap mama Keisha. Dengan terbata-bata Keisha berkata “Mah, tolong ambilkan selembar kertas, pulpen, juga diary aku” Lalu Keisha menulis surat, dan setelah selesai, Keisha berkata “Mah, tolong berikan surat dan diary aku ke Radit. Karena aku tidak bisa memberikannya langsung. Mah maafin semua kesalahan aku, Terima kasih atas semua kasih saying yang udah mama dan papa berikan ke aku. Aku udah ga kuat. Aku capek selalu merasakan kesakitan, aku mau istirahat saja.” Dengan sekejap mata, Keisha menutup matanya untuk selamanya.

Keesokannya, setelah kepergian Keisha, mama Keisha menghampiri Radit. “Nak Radit, Keisha menitipkan ini untuk kamu” kata mama Keisha sambil memberi sepucuk surat dan diary Keisha.
“Loh, memangnya Keisha kemana tante?” Tanya Radit. “Silahkan kamu baca” ucap mama Keisha dan langsung pergi.

Segera Radit membaca isi surat itu..

“To : Radit
Dicintai seseorang yang kita cintai adalah sesuatu yang membahagiakan. Tapi apakah mencintai seseorang tanpa dicintai adalah hal yang membahagiakan? Kurasa tidak. Aku merasakannya, merasakan betapa perihnya perasaan ini, merasakan sesuatu yang menyesakkan bagiku, yaitu perasaan cinta yang mustahil untuk terbalaskan. Aku tau banyak orang lebih dari engkau, tapi untuk melupakan seseorang yang dicintai tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi seperti menghilangkan bayangan. Butuh waktu yang panjang untuk melupakanmu. Bukan melupakanmu tapi lebih tepat mengurangi berfikir tentangmu, karena sampai kapanpun aku akan tetap mengingatnya. Karena semua kenangan yang kau ukir untukku. Kulewati detik demi detik dengan kenangan yang dulu pernah kuukir bersamamu, indah memang namun itu hanya masa lalu yang tak akan kembali. Kulewati menit demi menit bersamamu, namun itu hanya hayalan yang hanya membuat aku bahagia sesaat dan berujung perih. Karena aku sadar, itu tidak akan pernah terjadi. Tuhan tolong aku, beri aku kesempatan lagi untuk melewati hari demi hari bersamanya. Tuhan izinkan aku untuk melewati detik-detik terakhirku bersamanya. Walaupun sebentar aku ingin bahagia saat aku di sampingmu. Tuhan, jika nanti aku telah bersamamu, kumohon beritahukan dia tentang perasaanku yang takkan hilang sampai kapanpun. Tuhan, berikan dia peri cinta yang bisa mencintainya lebih dari aku, dan Tuhan terima kasih karena engkau telah memberikan gambaran akan suryamu yang indah lewat dia, meskipun aku tidak bisa memilikinya. Radit, mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah tidak ada di dunia ini. Tapi aku akan selalu ada di hati kamu. Radit, aku sangat mencintaimu, karena kamulah aku mengenal apa itu cinta. Kamu adalah cinta terakhir aku. Radit, aku memberikan diary aku agar kamu tau apa yang selama ini aku rasakan. Radit, satu permintaan aku, datanglah ke makam aku karena aku ada di sana untuk melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Dan juga, aku akan bahagia di sana bila engkau bahagia. Bahagialah kamu bersama orang yang kamu cintai. Salam Keisha.”

Pipi Radit berlinangan air mata, lalu Radit bergegas pergi ke makan Keisha. Disana Radit berkata “Maafkan aku Key, karena selama ini aku telah menyia-nyiakan cinta kamu. Aku telah menyakiti hati kamu.” Radit melihat Keisha yang sedang tersenyum dan melambaikan tangan. Seusai itu semua, Radit mencoba untuk naik ke rumah pohon, ternyata Radit dapat naik ke atas rumah pohon dan melihat sebuah ukiran tulisan yang dulu pernah ditulis oleh Keisha. Lembar demi lembar, Radit membaca diary Keisha dalam hati. Radit sangat kagum akan sosok Keisha yang sangat tegar dalam menjalani hidup dan kagum karena Keisha dapat menjaga cinta sejatinya sampai akhir hayatnya.

-          THE END      -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan Comment Yah ... You'll Never Walk Alone